TOKYO, KOMPAS.com - Hotel cinta marak di Jepang. Dipakai untuk istirahat beberapa jam hingga berasyik-masyuk "indehoi" bin beresek-esek bareng pasangan resmi apalagi tak resmi.
Tengoklah catatan BBC. Hingga kini, di seantero Negeri Sakura, ada 25.000 hotel cinta. Dalam setahun, hotel yang memang dirancang dengan nama-nama "mengundang" macam Hotel untuk Anda dan Istana Matahari, itu dikunjungi 500 juta kali.
Uniknya lagi, hotel yang kamarnya bisa disewa per jam ini dibangun dekat stasiun kereta api. "Penat berkereta api, 'ngamar' ah!," begitu kira-kira niat konsumennya.
Di hotel seperti ini, kontak dengan pegawai sengaja dibuat minimal. Sebagian hotel ada yang dilengkapi garasi dan pintu bawah tanah. Hotel cinta lainnya malah menyediakan lapisan untuk mengaburkan pelat nomor kendaraan pengunjung. Pokoknya, cocok untuk tempat selingkuh!
Meski begitu, hotel kayak gini dipakai juga oleh pasangan resmi untuk sekadar mencari tempat lebih lapang ketimbang apartemen tempat tinggal yang jauh dari luas.
Negara padat
Di sejumlah hotel meja penerima tamu sudah diubah dengan layar sentuh dilengkapi dengan gambar kamar, terang kalau kosong, gelap kalau terisi. Sejatinya, hotel cinta menawarkan waktu untuk menyendiri terpisah dari kepadatan di sebuah negara lantaran privasi adalah barang langka.
Yuichi Ito dan Kyoko Shio adalah tipikal warga Jepang usia 20-an, yang masih tinggal dengan orangtua. "Keluarga saya terdiri dari ayah dan ibu, serta dua adik laki-laki."Namun kami hanya memiliki empat kamar, jadi rumah sangat padat." kata Ito.
Dia menambahkan bersama sang pacar, yang bertemu di AS saat sekolah, dirinya mengunjungi hotel cinta agar bisa berduaan.
Menyediakan privasi adalah bisnis besar di Jepang. Lagian, privasi adalah industri yang sangat diminati konsumen. Cocok sudah!
Makanya, industri hotel cinta ini sangat besar. Nilainya sekitar 40 miliar dollar AS setahun.
Pemilik hotel juga mengaku mereka hampir tidak terimbas resesi sama sekali. "Tentu saja beberapa hotel kena dampak, tapi hotel cinta tidak," kata Joichiro Mochizuki, seorang eksekutif perusahaan yang mengelola beberapa hotel cinta, termasuk Asian P-Door di Tokyo.
Tidak seperti hotel umumnya, tidak seperti hotel bisnis - hotel cinta ini mengalami penurunan sekitar 4 persen. "Tetapi tetap saja tingkat hunian kami mencapai 400 persen," imbuh Mochizuki.
Lalu, kalau dihitung-hitung, rata-rata, dalam sehari tiap kamar dipakai empat kali.
Reputasi jelek
Pada sisi lain, pengusaha Inggris Steve Mansfield melihat ada potensi besar terkait industri ini. Walau, umumnya, bisnis itu dicibir oleh perusahaan besar Jepang karena dianggap punya reputasi jelek.
Kamar-kamar dalam hotel cinta nampak biasa, seturut hemat Mansfield. Menurut Mansfield yang dikehendakinya adalah menciptakan situasi ruangan ideal seperti rumah penyewa andai saja uang bukan masalah baginya.
Tentu saja, di hotel cinta ada tempat tidur, televisi layar datar dan proyektor, mesin karaoke dan sebuah kamar mandi di luar pada ruang yang lebih mahal. Juga ada mesin penerima bayaran di tiap pintu kalau-kalau pengunjung ingin keluar tanpa ada yang melihat.
Perusahaan Mansfield, Japan Leisure Hotels, terdaftar di pasar AIM London, kini menjalankan enam hotel, dan siap mengembangkan tambahan hotel lagi.
"Waktu kami periksa dan melihat ada peluang - 90 persen pemilik mempunyai lima hotel atau kurang - kami pikir ini menarik," katanya.
"Ini adalah industri besar tanpa pemimpin pasar dan ada peluang besar untuk konsolidasi," pungkas Mansfield yakin.
Warga Jepang mungkin terpaksa mengirit untuk banyak hal akibat lemahnya ekeonomi. Kendati begitu, tidak untuk beberapa jam berduaan dengan orang tersayang.
Minggu, 19 Juli 2009
"Indehoi" di Hotel Cinta..., Mau?
Label:
Berita Hari ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mantap yah, heuheu
BalasHapusberduaan di hotel cinta.
apa disana ada yang jualan viagra juga ??
btw. nice post. (kyknya penulis suka jalan2 ke japang ya ?)